Sabtu, 07 Januari 2023

CERPEN AICIFAP UNEJ 2022 : AKU MENYADARINYA SETELAH KEHILANGAN

AKU MENYADARINYA SETELAH KEHILANGAN

Tema: Memperjuankan Mimpi Besar

Oleh: Widia Rohmawati

 

Hari berganti hari, minggu per minggu telah berlalu, tiba kini waktunya aku lulus dari bangku sekolah yang sangat tidak aku senangi. Bukan karena sekolahnya,pun gurunya, tapi tentang perjalanan selama aku menuntut ilmu disitu yaitu drama hidup yang selalu di mulai oleh teman- temanku. Hari semakin dekat dengan pengumuman kelulusan, aku sudah memulai pendaftaran untuk sebuah mimpi yang ku inginkan yaitu membuat ayah ibuku bangga punya anak yang bisa kuliah tanpa beliau mengeluarkan uang, yaa tentunya aku harus mendaptkan beasiswa. Akan tetapi sampai dimana aku pengumumuman kelulusan aku belum mendapatkan pengumuman kelolosan, dan aku sangat ingin itu. Setelah SNMPTN, SBMPTN belum mendapatkan kata selamat, aku tidak putus asa. Ku cari informasi tentang kampus swasta yang masih buka dan mendapatkan beasiswa. Aku mempersiapkan berkas-berkasnya dengan ucapan ibuku "kalau tidak lolos gimana?”, Yah begitulah karena beliau memang belum bisa bantu biaya, dan kalaupun emang ga lolos aku juga bakal ikhlas.

Tiba di suatu hari saya mendapatkan email "Congratulations......" Masih dalam notif, belum ku buka. "Alhamdulillah" ucapku, sangat senang,bersyukur. Dan setelah aku bukaaa lokasinya di luar pulau dan masih butuh biayaa yang sangat besarr, selain itu juga bisa di bilang kampusnya orang kaya. Tidak sampai di situ akhirnya aku menunggu hari pengumuman kampus yang lainnya, tentunya aku daftar di berbagai kampus ya. Tapi akhirnya juga NIHIL. Sudah hampir mau menyerah, ternyata aku lolos seleksi raport dan harus mengikuti seleksi CBT online, kampus ini adalah salah satu kampus swasta impianku, yang awalnya aku kalau tidak lolos Negeri mau kerja jadi semangat karena kampus ini. Kemudian hari dimana Tes CBT itu dilaksanakan aku juga ada pengumuman dari kampus yang lain, karena minimnya alat komunikasi yaitu aku belum ada laptop untuk mengerjakan tes CBT dan harus menghadiri Zoom dari kampus lain. Tentunya aku memilih tes CBT yang tidak bisa di ulang kesempatannya dan itu kampus yang aku tuju, akhirnya aku membuat alasan kalau jaringan di rumah tidak bagus jadi belum bisa zoom. Di mengertilah aku dan di kasih kesempatan untuk hari berikutnyaa.

Hari-haripun berlalu, teman-temanku yang sudah lolos di perguruan tinggi Negeri sudah memulai upload twibbon di sosial medianya masing-masing, tentunya aku juga ada rasa iri, akhirnya ku hubungi kampus yang sebelumnya aku tunda Zoom, dan aku lolos. Saat itu juga aku tidak tahu harus seneng, sedih,bersyukur atau bagaimana, karena aku tidak tahu kampusnya, orang-orang juga tidak tahu, tidak terkenal sama sekali. Sampai akhirnya aku memberanikan diri bicara ke ibu.

"Ibu, aku lolos tapi ndak di kampus yang itu, yang itu masih nunggu hasil CBT" kataku

"Kampus mana?" Ucap ibuku antara senang dan sedih

"Kampus xxxxx bu, di luar kota" jawabku

"Namanya kok aneh, ga ada yang kuliah di situ" balas ibuku tanpa rasa bangga

Kemudian aku mencoba menjelaskan dari sisi baiknya kampus itu, akreditasi,prestasinya dan yang lain. Akhirnya keluargaku setuju dan aku menandatangani perjanjian dari kampus tersebut. Dan yaaa memang tidak rezeki, setelah beberapa hari penguman CBT aku dinyatakan lolos, ayahku sangat berharap aku melanjutkan di situ, si bodoh ini karena terburu-buru menanadatangani perjanjian akhirnya sudah tidak bisa di ubah, aku tidak bisa kuliah di kampus yang aku impikan. Terkadang hidup sebercanda itu yaa,pikirku.

Akan tetapi aku tidak menyerah, di kampus ini aku akan bersungguh-sungguh untuk sebuah mimpi yang besar yaitu anak ayah ibu jadi sarjana yang sujana. Aku me mimpikan itu, dengan kelulusan sarjana cumlaude. Perkuliahan maba pun di mulai, aku mulai semangat belajar untuk buat ayah ibuku bangga, akan tetapi di akhir semester 1 tuhan berkata lain, aku harus merawat ibuku di rumah sakit, berhari-hari aku merawatnya, sampai akhirnya allah lebih sayang ibu, beliau pulang ke surganya allah bersama kebaikan-kebaikannya, semoga ibuku tenang yaa, minta doanya ya orang baik. Dan setelah itu tentunya aku harus tetap kembali menjalani hari hariku yang kosong ini dengan ayah dan adek, semangat hidupku berkurang, ibu yang ingin punya anak sarjana seperti orang lain belum kesampaian sudah tenang di surga. Mimpiku yang paling besar tentunya adalah buat orang tua ku bangga kepadaku. Namun aku harus tetap memperjuangkan mimpiku yaitu mendapatkan gelar sarjana.

Di hari-hari selanjutnya aku menyadarinya bahwa kehidupan tanpa sosok seorang ibu bagaikan tubuh tanpa badan, aku yang semulanya bergantung kepada beliau kini harus mandiri dan menggantikan posisi beliau, kini aku tersadar bahwa  menjadi sosok ibu bukanlah hal yang mudah meskipun hanya sebagai ibu rumah tangga, karena selain mengurus rumah beliau harus mengurus keluargannya, memastikan keluarganya dan anak-anaknya untuk tidak merasa kekurangan suatu apapun, mendahulukan anak-anaknya untuk sebuah kebahagiaan. Kini bahagianya ibuku sudah membersamainya di surga beserta iringan doa-doa dari keluarganya tercinta. Aku akan membuktikan bahwa mimpiku akan menjadi nyata dan buat orang tua bangga.